Sejarah Budaya bangsa Indonesia mulai dari Zaman Prasejarah Hingga Sekarang

Hubungan Kebudayaan dan Masyarakat

Terdapat hubungan timbal balik antara kebudayaan dengan masyarakat, sebagaiamana ada hubungan antara kebudayaan, peradaban dan sejarah. Masyarakat itu menghasilkan kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu menentukan corak masyarakat. Jadi antara manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat. Tidak mungkin keduanya dipisahkan.

Ada manusia (dalam arti luas, masyarakat), maka ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan kalau tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, karena semua pasti akan menemui ajal. Maka untuk melangsungkan atau melestarikan kebudayaan, pendukungnya harus merupakan kesinambungan dari satu keturunan ke keturunan lainnya. Sebagai contoh, bahasa 'ngapak' yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat di wilayah Kebumen, Banyumas, Tegal, Purbalingga dan sekitarnya, tentu akan menjadi ciri khas atau corak tersendiri bagi masyarakat yang menguasai bahasa 'ngapak'

Bintang dapat pula meneruskan atau meregenerasi kepandainya kepada anaknya, tetapi yang diteruskan itu hanyalah yang bersifat instingsif belaka atau berdasarkan kodrat alam. Lain halnya dengan manusia. Kecuali hal-hal yang diturunkan secara kodrat, manusia dapat pula meregenerasikan kepandaian, pengalaman, dan seluruh kebudayaan kepada anak cucunya. Tetepu untuk dapat memiliki kebudayaan dari generasi sebelumnya, mereka harus belajar. Karunia dan rahmat yang dilimpahkan kepada manusia untuk mengajar, mendapatkan pelajaran, dan belajar itulah yang memungkinkan kebudayaan itu dapat berlangsung terus turun temurun.

Dilanjutkannya kebudayaan oleh generasi penerus itu tidak hanya melalui garis tegak lurus ke bawah, tetapi juga melalui garis mendatar, yaitu kepada orang-orang lain di sekitarnya, karena manusia merupakan bagian dari "zoon politicon" yang berarti binatang yang berkelompok. Memang manusia tidak dapat hidup seorang diri, ia membentuk kelompok dengan orang-orang lain, yang sifatnya berbeda sekali dari gerombolan binatang, yaitu terletak pada akal, atau cara berfikir. Pengelompokan orang-oranga yang sengaja dibentuk itu disertai aturan-aturan tertentu mengenai hubungan anggota satu dengan yang lain, misalnya pembagian kerja, aturan, tata tertib, dan sebagainya. Persekutuan terkecil antara laki-laki dan perempuan merupakan arti secara singkat dari sebuah keluarga yang kemudian membentuk persekutuan dalam skala yang lebih besar atau luas yang disebut masyarakat.

Cara-cara melanggengkan atau melestarikan kebduayaan yang sedemikian luasnya itu dimungkinkan karena manusia diberikan karunia oleh Tuhan dalam hal kepandaian berbicara. Bahasa adalah alat perantara yang paling pokok bagi manusia. Dengan adanya bahasa, manusia tidak usah mengalami sendiri sesuatunya untuk dapat mengetahui dan memahaminya. Cukuplah ia belajar mendengarkan kata-kata yang terbungkus dalam sebuah bahasa orang lain. Ditambah lagi dengan pengalaman-pengalaman sendiri, maka semakin luaslah pengetahuan yang menjadi milik manusia itu. Tetapi, perlu diingat, bahwa kemampuan manusia itu terbatas yang menyebabkan tidak dapat mendukung seluruh kepandaian yang menjadi milik bersama itu.

Kekurangan pada manusia secara individu itu ditampung oleh masyarakat. Hal ini mungkin karena para anggota masyarakat itu tentu tidak sama minatnya, berlainan kepentingannya, berbeda kemampuannya, meskipun masih tetap dalam lingkungan bersama. Maka sesungguhnya, pendukung kebudayaan itu bukanlah manusia secara individu (perorangan) melain masyarakat seluruhnya.
Tag : Budaya
0 Komentar untuk "Hubungan Kebudayaan dan Masyarakat"

Back To Top